RUKUN WARGA 011 PERUM BEKASI TIMUR REGENSI

-

Selasa, 31 Oktober 2017

Daftar Kecamatan dan Kelurahan/Desa di Kabupaten Bekasi


Daftar kecamatan dan kelurahan/desa yang ada untuk seluruh wilayah Kabupaten Bekasi, yang terdiri dari 23 kecamatan, 7 kelurahan, dan 180 desa, beserta kode wilayahnya berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.
Kode wilayah Kabupaten Bekasi adalah 32.16, di mana angka 32 merupakan kode wilayah Provinsi Jawa Barat dan angka 16 merupakan kode wilayah untuk Kabupaten Bekasi di Provinsi Jawa Barat.
Kode wilayah kecamatan di Kabupaten Bekasi adalah 32.16.xx, di mana xx merupakan angka unik untuk setiap kecamatan di Kabupaten Bekasi. Kode wilayah kecamatan yang terdiri dari enam digit ini adalah kode yang juga digunakan dalam sistem Nomor Induk Kependudukan (NIK) di Indonesia, di mana enam digit pertama dari NIK adalah kode wilayah kecamatan di mana NIK tersebut pertama kali terdaftar.
Daftar selengkapnya yang diurutkan secara alfabetis adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Babelan (Kode Wilayah: 32.16.02)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Babelan Kota
32.16.02.2008
2
Kelurahan Bahagia
32.16.02.1006
3
Desa Buni Bakti
32.16.02.2001
4
Desa Hurip Jaya
32.16.02.2004
5
Kelurahan Kebalen
32.16.02.1007
6
Desa Kedung Jaya
32.16.02.2003
7
Desa Kedung Pengawas
32.16.02.2009
8
Desa Muara Bakti
32.16.02.2002
9
Desa Pantai Hurip
32.16.02.2005
2. Kecamatan Bojongmangu (Kode Wilayah: 32.16.23)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Bojongmangu
32.16.23.2003
2
Desa Karangindah
32.16.23.2002
3
Desa Karangmulya
32.16.23.2001
4
Desa Medalkrisna
32.16.23.2006
5
Desa Sukabungah
32.16.23.2004
6
Desa Sukamukti
32.16.23.2005
3. Kecamatan Cabangbungin (Kode Wilayah: 32.16.16)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Jayabakti
32.16.16.2001
2
Desa Jayalaksana
32.16.16.2002
3
Desa Lenggahjaya
32.16.16.2007
4
Desa Lenggahsari
32.16.16.2008
5
Desa Setiajaya
32.16.16.2006
6
Desa Setialaksana
32.16.16.2005
7
Desa Sindangjaya
32.16.16.2004
8
Desa Sindangsari
32.16.16.2003
4. Kecamatan Cibarusah (Kode Wilayah: 32.16.22)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Cibarusah Jaya
32.16.22.2006
2
Desa Cibarusah Kota
32.16.22.2005
3
Desa Ridogalih
32.16.22.2002
4
Desa Ridomanah
32.16.22.2003
5
Desa Sindangmulya
32.16.22.2007
6
Desa Sirnajaya
32.16.22.2001
7
Desa Wibawamulya
32.16.22.2004
5. Kecamatan Cibitung (Kode Wilayah: 32.16.07)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Cibuntu
32.16.07.2007
2
Desa Kertamukti
32.16.07.2003
3
Desa Muktiwari
32.16.07.2004
4
Desa Sarimukti
32.16.07.2005
5
Desa Sukajaya
32.16.07.2006
6
Desa Wanajaya
32.16.07.2002
7
Kelurahan Wanasari
32.16.07.1001
6. Kecamatan Cikarang Barat (Kode Wilayah: 32.16.08)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Cikedokan
32.16.08.2011
2
Desa Danau Indah
32.16.08.2004
3
Desa Gandamekar
32.16.08.2005
4
Desa Gandasari
32.16.08.2006
5
Desa Jatiwangi
32.16.08.2003
6
Desa Kalijaya
32.16.08.2009
7
Desa Mekarwangi
32.16.08.2002
8
Desa Sukadanau
32.16.08.2007
9
Kelurahan Telagaasih
32.16.08.1008
10
Desa Telagamurni
32.16.08.2001
11
Desa Telajung
32.16.08.2010
7. Kecamatan Cikarang Pusat (Kode Wilayah: 32.16.20)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Cicau
32.16.20.2001
2
Desa Hegarmukti
32.16.20.2004
3
Desa Jayamukti
32.16.20.2005
4
Desa Pasiranji
32.16.20.2003
5
Desa Pasirtanjung
32.16.20.2006
6
Desa Sukamahi
32.16.20.2002
8. Kecamatan Cikarang Selatan (Kode Wilayah: 32.16.19)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Ciantra
32.16.19.2003
2
Desa Cibatu
32.16.19.2001
3
Desa Pasirsari
32.16.19.2007
4
Desa Serang
32.16.19.2006
5
Desa Sukadami
32.16.19.2004
6
Desa Sukaresmi
32.16.19.2005
7
Desa Sukasejati
32.16.19.2002
9. Kecamatan Cikarang Timur (Kode Wilayah: 32.16.11)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Cipayung
32.16.11.2002
2
Desa Hegarmanah
32.16.11.2003
3
Desa Jatibaru
32.16.11.2005
4
Desa Jatireja
32.16.11.2004
5
Desa Karangsari
32.16.11.2008
6
Desa Labansari
32.16.11.2006
7
Kelurahan Sertajaya
32.16.11.1007
8
Desa Tanjungbaru
32.16.11.2001
10. Kecamatan Cikarang Utara (Kode Wilayah: 32.16.09)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Cikarangkota
32.16.09.2001
2
Desa Hajarmekar
32.16.09.2009
3
Desa Karangasih
32.16.09.2003
4
Desa Karangbaru
32.16.09.2002
5
Desa Karangraharja
32.16.09.2005
6
Desa Mekarmukti
32.16.09.2010
7
Desa Pasirgombong
32.16.09.2006
8
Desa Simpangan
32.16.09.2007
9
Desa Tanjungsari
32.16.09.2008
10
Desa Waluya
32.16.09.2004
11
Desa Wangunharja
32.16.09.2011
11. Kecamatan Karangbahagia (Kode Wilayah: 32.16.10)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Karanganyar
32.16.10.2004
2
Desa Karangbahagia
32.16.10.2005
3
Desa Karangmukti
32.16.10.2008
4
Desa Karangrahayu
32.16.10.2002
5
Desa Karangsatu
32.16.10.2007
6
Desa Karangsentosa
32.16.10.2006
7
Desa Karangsetia
32.16.10.2003
8
Desa Sukaraya
32.16.10.2001
12. Kecamatan Kedungwaringin (Kode Wilayah: 32.16.12)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Bojongsari
32.16.12.2006
2
Desa Karangharum
32.16.12.2005
3
Desa Karangmekar
32.16.12.2003
4
Desa Karangsambung
32.16.12.2001
5
Desa Kedungwaringin
32.16.12.2007
6
Desa Mekarjaya
32.16.12.2004
7
Desa Waringinjaya
32.16.12.2002
13. Kecamatan Muara Gembong (Kode Wilayah: 32.16.17)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Jayasakti
32.16.17.2006
2
Desa Pantai Bahagia
32.16.17.2002
3
Desa Pantai Bakti
32.16.17.2003
4
Desa Pantai Harapanjaya
32.16.17.2004
5
Desa Pantai Mekar
32.16.17.2001
6
Desa Pantai Sederhana
32.16.17.2005
14. Kecamatan Pebayuran (Kode Wilayah: 32.16.13)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Bantarjaya
32.16.13.2013
2
Desa Bantarsari
32.16.13.2012
3
Desa Karangharja
32.16.13.2001
4
Desa Karanghaur
32.16.13.2009
5
Desa Karangjaya
32.16.13.2006
6
Desa Karangpatri
32.16.13.2008
7
Desa Karangreja
32.16.13.2005
8
Desa Karangsegar
32.16.13.2002
9
Desa Kertajaya
32.16.13.2010
10
Kelurahan Kertasari
32.16.13.1011
11
Desa Sumbereja
32.16.13.2004
12
Desa Sumbersari
32.16.13.2007
13
Desa Sumberurip
32.16.13.2003
15. Kecamatan Serang Baru (Kode Wilayah: 32.16.21)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Cilangkara
32.16.21.2007
2
Desa Jayamulya
32.16.21.2004
3
Desa Jayasampurna
32.16.21.2008
4
Desa Nagacipta
32.16.21.2005
5
Desa Nagasari
32.16.21.2006
6
Desa Sirnajaya
32.16.21.2002
7
Desa Sukaragam
32.16.21.2001
8
Desa Sukasari
32.16.21.2003
16. Kecamatan Setu (Kode Wilayah: 32.16.18)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Burangkeng
32.16.18.2003
2
Desa Cibening
32.16.18.2005
3
Desa Cijengkol
32.16.18.2001
4
Desa Cikarageman
32.16.18.2008
5
Desa Ciledug
32.16.18.2004
6
Desa Kertarahayu
32.16.18.2011
7
Desa Lubangbuaya
32.16.18.2002
8
Desa Muktijaya
32.16.18.2010
9
Desa Ragamanunggal
32.16.18.2009
10
Desa Taman Rahayu
32.16.18.2007
11
Desa Taman Sari
32.16.18.2006
17. Kecamatan Sukakarya (Kode Wilayah: 32.16.14)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Sukaindah
32.16.14.2002
2
Desa Sukajadi
32.16.14.2005
3
Desa Sukakarsa
32.16.14.2006
4
Desa Sukakarya
32.16.14.2003
5
Desa Sukalaksana
32.16.14.2004
6
Desa Sukamakmur
32.16.14.2007
7
Desa Sukamurni
32.16.14.2001
18. Kecamatan Sukatani (Kode Wilayah: 32.16.15)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Banjarsari
32.16.15.2006
2
Desa Sukaasih
32.16.15.2004
3
Desa Sukadarma
32.16.15.2007
4
Desa Sukahurip
32.16.15.2003
5
Desa Sukamanah
32.16.15.2002
6
Desa Sukamulya
32.16.15.2001
7
Desa Sukarukun
32.16.15.2005
19. Kecamatan Sukawangi (Kode Wilayah: 32.16.03)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Sukabudi
32.16.03.2002
2
Desa Sukadaya
32.16.03.2003
3
Desa Sukakerta
32.16.03.2005
4
Desa Sukamekar
32.16.03.2007
5
Desa Sukaringin
32.16.03.2001
6
Desa Sukatenang
32.16.03.2006
7
Desa Sukawangi
32.16.03.2004
20. Kecamatan Tambelang (Kode Wilayah: 32.16.04)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Sukabakti
32.16.04.2007
2
Desa Sukamaju
32.16.04.2002
3
Desa Sukamantri
32.16.04.2006
4
Desa Sukarahayu
32.16.04.2005
5
Desa Sukaraja
32.16.04.2003
6
Desa Sukarapih
32.16.04.2004
7
Desa Sukawijaya
32.16.04.2001
21. Kecamatan Tambun Selatan (Kode Wilayah: 32.16.06)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Kelurahan Jatimulya
32.16.06.1001
2
Desa Lambang Jaya
32.16.06.2003
3
Desa Lambang Sari
32.16.06.2002
4
Desa Mangun Jaya
32.16.06.2009
5
Desa Mekarsari
32.16.06.2007
6
Desa Setiadarma
32.16.06.2005
7
Desa Setiamekar
32.16.06.2006
8
Desa Sumber Jaya
32.16.06.2010
9
Desa Tambun
32.16.06.2004
10
Desa Tridaya Sakti
32.16.06.2008
22. Kecamatan Tambun Utara (Kode Wilayah: 32.16.05)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Jejalen Jaya
32.16.05.2002
2
Desa Karang Satria
32.16.05.2008
3
Desa Satria Jaya
32.16.05.2001
4
Desa Satria Mekar
32.16.05.2003
5
Desa Sriamur
32.16.05.2004
6
Desa Srijaya
32.16.05.2006
7
Desa Srimahi
32.16.05.2007
8
Desa Srimukti
32.16.05.2005
23. Kecamatan Tarumajaya (Kode Wilayah: 32.16.01)
No
Kelurahan/Desa
Kode Wilayah
1
Desa Pahlawan Setia
32.16.01.2004
2
Desa Pantai Makmur
32.16.01.2008
3
Desa Pusaka Rakyat
32.16.01.2003
4
Desa Samudra Jaya
32.16.01.2001
5
Desa Segara Jaya
32.16.01.2006
6
Desa Segara Makmur
32.16.01.2002
7
Desa Setia Asih
32.16.01.2007
8
Desa Setia Mulya
32.16.01.2005
Untuk data kode pos untuk setiap kelurahan/desa di seluruh wilayah Kabupaten Bekasi dapat dilihat di sini.
Sumber: Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan

Share:

Arti Lambang Kabupaten Bekasi

Berdasarkan Perda No. 12/PD/1962, lambang terbagi dalam 3 bagian, yakni:
 
1. BAGIAN ATAS
Dasar berwarna hijau muda, melambangkan daerah ditinjau dari segi geografi adalah (tanah) dataran rendah yang subur, akan suburnya makmur dilambangkan dengan dua untai hasil bumi.
Pertama: sebelah kanan, untaian padi dengan 17 butir padi berwarna kuning-mas, melambangkan daerah sebagai penghasil padi.
Kedua: 8 macam buah-buahan berwarna kuning-mas, melambangkan daerah sebagai penghasil buah-buahan palawija/sayur-mayur, secara tidak langsung juga menghasilkan barang-barang kerajinan tangan dan industry ringan, ternyata dari rangkaian untaian padi maupun buah-buahan.
 
2. BAGIAN TENGAH
Melambangkan rakyatnya dengan sebilah “golok ujung ke atas” terletak di tengah-tengah kedua antara untaian yang terdiri dari dua bagian :
    - Gagang berwarna “hitam”, melambangkan ketabahan
    - Punggung golok berwarna “putih”, melambangkan kesucian
 
3. BAGIAN BAWAH
Terdiri dari dua bagian, bagian pertama melambangkan keadaan sejarah, sedangkan bagian bagian kedua melambangkan keadaan pemerintahan.
 
a. Keadaan Sejarah
Bagian bawah dari lambang (perisai) digambarkan laut dengan warna gelombang berwarna putih. Lambang “laut” memberikan makna perjuangan, karena laut selalu bergelombang/bergolak. Gelombang laut terdiri dari enam buah yang melambangkan enam zaman yang dialami daerah Bekasi.
 
Gelombang 1: zaman pemerintahan “Tarumanegara/Purnawarman” (zaman hindu/budha)
Gelombang 2: zaman pemerintahan Negara “Pajajaran”
Gelombang 3: zaman pemerintahan “Jayakarta” Jakarta
Gelombang 4: zaman pemerintahan penjajahan Belanda termasuk masa tanah-tanah partikelir
Gelombang 5: zaman penjajahan pendudukan Jepang
Gelombang 6: masa kemerdekaan.
 
Garis disekeliling “perisai yang berwarna kuning-mas” melambangkan sejarah perjuangan rakyat Bekasi yang menggambarkan bahwa perjuangan rakyat Bekasi dalam menentang kolonialisme dan kapitalisme tidak henti-hentinya bersama-sama dengan rakyat daerah-daerah lainnya di Indonesia. Perjuangan rakyat Bekasi yang terkenal gigihnya dalam menentang kolonialisme dan kapitalisme (tuan-tuan tanah) dimulai pada tahun 1914 di bawah naungan organisasi Serikat Islam (SI) yang masuknya ke daerah Bekasi langsung dibawa oleh Tjokroaminoto.
 
Kedatangan ajaran SI ke daerah Bekasi disambut dengan baik dan hangat oleh penduduk di daerah ini karena disamping menyebarkan agama islam juga terkenal gigih dalam menentang kolonialisme dan kapitalisme (tuan-tuan tanah) yang terkenal sebagai penindas dan pemeras rakyat. SI yang berpusat di Kranji I dalam waktu singkat telah dapat membentuk cabang-cabang dan ranting-rantingnya di daerah-daerah seperti: Klender, Babelan, Tambun, Jakarta, Cibarusah dan daerah-daerah lainnya.
 
Pergerakan Serikat Islam (SI) dalam menentang kolonialisme dan kapitalisme (tuan-tuan tanah) dimulai di daerah Setu (Kranji Selatan) dimana waktu itu terjadi penyerbuan oleh pengikut Serikat Islam terhadap mandor Tumpang (dirumahnya) yang terkenal sebagai kaki tangan tuan tanah yang paling setia. Kejadian tersebut diikuti pula oleh daerah-daerah lainnya dengan cara mendatangi kaki tangan tuan-tuan tanah untuk menentang diadakannya pajak yang sangat memberatkan.
 
Dengan terjadinya peristiwa tersebut, maka pihak pemerintah Belanda berupaya untuk menumpas SI dan pengikut-pengikutnya. Pihak pimpinan SI dan orang-orang yang dianggap mencurigakan ditangkap kemudian diasingkan atau dipenjara. Upaya Belanda yan terus menerus akhirnya pada tahun 1924 kekuatan SI mulai melemah. Walaupun secara formal SI mengalami ketidakberdayaan dalam membantu masyarakat, namun secara diam-diam para pimpinan SI Bekasi terus berjuang di bawah tanah bersama-sama dengan golongan lainnya membantu rakyat dalam menghadapi kelicikan para tuan tanah yang berada di bawah lindungan pemerintah kolonial.
 
b. Keadaan Pemerintahannya
Terdapat di bagian tengah yang terdiri dari :
- Lajur rangkap berwarna “hitam” yang terbagi dalam dua bagian menunjukkan Pemerintahan Daerah terdiri dari Badan Legislatif dan Badan Eksekutif Daerah
- Empat umpak berwarna “coklat” di bawah lajur rangkap, melambangkan 4 kewedanaan, tiap-tiap umpak dibagi dalam beberapa kotak (dibatasi dengan garis tebal berwarna kuning-mas), menandakan banyaknya kecamatan-kecamatan di setiap kewedanaan, kemudian tiap-tiap kotak dibagi lagi beberapa kotak kecil (dibatasi dengan garis-garis berwarna putih) menunjukkan banyaknya desa-desa. Dengan uraian sebagai berikut :
           
  Lajur 1: Kewedanaan Bekasi
            Kotak 1: Kecamatan Bekasi dengan 9 kotak kecil = 9 Desa
            Kotak 2: Kecamatan Babelan dengan 6 kotak kecil = 6 Desa
            Kotak 3: Kecamatan Cilincing dengan 3 kotak kecil = 3 Desa
            Kotak 4: Kecamatan Pondok Gede dengan 7 kotak kecil = 7 Desa
  Lajur 2: Kewedanaan Tambun
            Kotak 1: Kecamatan Tambun dengan 8 kotak kecil = 8 Desa
            Kotak 2: Kecamatan Cibitung dengan 7 kotak kecil = 7 Desa
            Kotak 3: Kecamatan Setu dengan 9 kotak kecil = 9 Desa
   Lajur 3: Kewedanaan Cikarang
            Kotak 1: Kecamatan Cikarang dengan 7 kotak kecil = 7 Desa
            Kotak 2: Kecamatan Lemah Abang dengan 8 kotak kecil = 8 Desa
            Kotak 3: Kecamatan Cibarusah dengan 11 kotak kecil = 11 Desa
   Lajur 4: Kewedanaan Serengseng
            Kotak 1: Kecamatan Sukatani dengan 9 kotak kecil = 9 Desa
            Kotak 2: Kecamatan Pabayuran dengan 6 kotak kecil = 6 Desa
            Kotak 3: Kecamatan Cabangbungin dengan 5 kotak kecil = 5 Desa
 
Di bawah perisai tertulis sehelai pita berwarna yang melambai pada kedua ujungnya, pada pita yang berwarna kuning-mas itu tertulis dalam bahasa “Kawi” yang berbunyi :
 “SWATANTRA WIBAWA MUKTI”
 
Swatantra artinya Daerah yang mengurus rumah tangga sendiri
Wibawa artinya Pengaruh
Mukti artinya Jaya, Makmur
 
Dengan jiwa menuju pembentukan daerah otonom yang seluas-luasnya untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Dasar-dasar filosofi di atas menjadi landasan terbentuknya lambing Kabupaten Bekasi. Lambing ini dipilih oleh Daerah Tingkat II Bekasi setelah diberlakukannya Undang-undang No. 14/1950 serta disusul kemudian olah adanya Undang-undang No. 22/1948 jo Undang-undang No. 1/1957 dan penetapan Presiden no. 6/1959 (disempurnakan) dan penetapan Presiden no. 5/1960.
 
Ukuran lambang ditentukan dengan ukuran global diambil dari ukuran luas Daerah Tingkat II Bekasi dari ujung yang paling barat hingga ujung paling timur panjangnya ± 43 Km dari ujung utara sampai ujung paling selatan ± 62,5 Km atau berbanding antara 43 : 62,5 atau ± berbanding 15 : 21.

Share:

Rabu, 25 Oktober 2017

Sejarah Singkat Kabupaten Bekasi








Kata “Bekasi” berdasarkan penelusuran Poerbatjaraka (seorang ahli bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno), secara filologis berasal dari kata Candrabagha; Candra berarti bulan (dalam bahasa Jawa Kuno berarti “sasi”) dan bagha berarti bagian. Sehingga Candrabhaga berarti bagian dari bulan. Dalam pelafalannya Candrabhaga sering disebut Sasibhaga atau Baghasasi. Dalam pengucapannya seringkali disingkat Bhagasi, dan karena adanya pengaruh bahasa Belanda maka sering ditulis Bacassie, kemudian kata Bacassie berubah menjadi Bekasi hingga kini. Masa Kerajaan.. Candrabhaga (asal muasal kata “Bekasi”) merupakan wilayah bagian dari Kerajaan Tarumanegara yang berdiri pada abad ke-5 Masehi. Diduga, berdasarkan Prasasti Tugu (yang berada di Cilincing, Jakarta) digambarkan bahwa Raja Kerajaan Tarumanegara (Maharaja Purnawarman) memerintahkan untuk menggali Kali Candrabhaga, dengan tujuan untuk mengairi sawah dan menghindari bencana banjir yang kerap melanda wilayah Kerajaan Tarumanegara. Setelah runtuhnya Kerajaan Tarumanegara pada abad ke-7 Masehi, kerjaan yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap wilayah Bekasi adalah Kerajaan Padjadjaran. Hal ini terlihat dari situs sejarah Batu Tulis (di Bogor) yang menggambarkan bahwa Bekasi merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Padjadjaran dan merupakan salah satu pelabuhan sungai yang ramai dikunjungi para pedagang, sehingga Bekasi menjadi kota yang sangat penting bagi Padjadjaran. Seiring waktu berlalu, kerajaan-kerajaan tumbuh, berkembang,mengalami masa kejayaan,runtuh, muncul kerajaan baru. Kedudukan Bekasi tetap menjadi posisi strategis dan tercatat dalam sejarah masing-masing kerajaan. Terakhir Bekasi tercatat dalam sejarah Kerajaan Sumedanglarang, yang menjadi bagian wilayah Kerajaan Mataram. Masa pendudukan Belanda... Sejarah Bekasi pada masa pendudukan Belanda, hamper sama dengan sejarah Indonesia secara umum, karena letaknya berdekatan dengan Jakarta, maka sejarah Jakarta mulai dari Jayakarta, Batavia, Sunda Kelapa, hingga Jakarta yang kita kenal sekarang melekat erat dengan Bekasi. Berawal pada tahun 1610, saat Pangeran Jayakarta Wijayakrama mulai melakukan perjanjian dagang dengan VOC (VerenidgeOost-indische Compagnie / semacam Kamar Dagang Belanda). Kemudian pada tahun 1614, Gubernur Jendral VOC mendapat ijin mendirikan benteng di sebelah utara keraton, dan pada tahun 1618 Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen memperluas benteng hingga menjadi bangunan yang kokoh dengan setiap sudut benteng ditempatkan meriam yang mengarah ke keraton. Tindakan provokasi dan mengancam ini, menimbulkan kemarahan Pangeran Jayakarta yang kemudian menyerang benteng ini. Serangan ini rupanya sudah diantisipasi VOC, maka terjadilah pertempuran antara pasukan Pengeran Jayakarta dengan VOC (April-Mei 1619). Sejarah Indonesia mencatat inilah awal bangsa Belanda mulai menancapkan kuku penjajahannya di bumi Indonesia. Setelah menguasai Jayakarta yang kemudian diubah namanya menjadi Batavia (1619), Belanda berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga Kerajaan Mataram, karena kerajaan Mataram mempunyai pengaruh yang sangat besar di Pulau Jawa. Upaya Belanda ini menimbulkan kemarahan Raja Mataram, Sultan Agung Hanyokrokusumo. Pada tahun 1628, Sultan mengerahkan pasukan angkatan lautnya sebanyak 2 begodo (setingkat brigade) untuk menyerang Batavia. Namun karena jarak dan waktu yang lama, serangan ini dapat digagalkan Belanda karena kalah persenjataan dan kekurangan pasokan logistic pasukan. Walaupun mengalami kekalahan, pasukan Mataram kembali melakukan penyerangan gelombang kedua. Mereka berangkat ke Batavia pada pertengahan Mei 1629. Pada tanggal 20 Juni 1629 pasukan infantri Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Kyai Adipati Juminah, Kyai Adipati Purbaya, dan Kyai Adipati Puger dengan dibantu oleh Tumenggung Singaranu, Raden Aria Wiranatapada, Tumenggung Madiun dan Kyai Sumenep, menyerbu Batavia. Sepanjang rute perjalanan ke arah Batavia sudah dipersiapkan logistic pasukan. Sejarah mencatat daerah suplai logistik tersebut berada di sekitar wilayah Tegal, Cirebon, Indramayu, Karawang, dan Bekasi (di daerah Babelan). Pasukan Mataram mengepung Batavia dari segala penjuru, tetapi kemudian ternyata Belanda dapat mempertahankan Batavia, bahkan dapat memaksa mundur pasukan Mataram ke daerah pedalaman. Kegagalan ini menyebabkan sebagian besar pasukan Mataram memilih tidak kembali ke Mataram karena titah Raja Mataram (Sultan Agung), akan memenggal kepala pasukan yang kembali ke Mataram apabila gagal dalam penyerangan ke Batavia tersebut. Akhirnya pasukan Mataram ini menetap di wilayah Bekasi dan membaur dengan penduduk asli, terutama di sekitar daerah pantai dan pedalaman, misalnya di Pekopen (Tambun Selatan), Cibarusah, Pondok Rangon dan ada juga yang membuka perkampungan baru. Karenanya di Bekasi terdapat daerah-daerah yang berbahasa Sunda, dialek Banten, Jawa atau campuran. Masa Pemerintahan Hindia Belanda.. Bekasi pada masa ini masuk ke dalam wilayah Regentschap Meester Cornelis, yang terbagi atas empat district, yaitu Meester Cornelis, Kebayoran, Bekasi dan Cikarang. District Bekasi pada masa penjajahan Belanda dikenal sebagai wilayah pertanian yang subur, terdiri atas tanah-tanah partikelir (tuan tanah) yaitu para pengusaha Eropa dan para saudagar Cina. Distrik Bekasi terkenal subur dan produktif dibanding distrik-distrik yang lain, namun demikian yang menikmati kesuburan tanah Bekasi adalah para tuan tanah, bukan rakyat Bekasi yang masih dalam kondisi serba sulit dan kekurangan. Pada tahun 1913 di Bekasi muncul organisasi Sarekat Islam (SI) yang banyak diminati masyarakat sebagian besar petani, guru ngaji, bekas tuan tanah, dan pejabat yang dipecat oleh Pemerintah Hindia Belanda, serta para jagoan yang dikenal sebagai rampok Budiman (merampok untuk dibagikan kepada orang miskin). Karena jumlah anggotanya cukup banyak, SI Bekasi kemudian menjadi kekuatan yang dominan. Antara tahun 1913-1922 SI Bekasi menjadi penggerak berbagai protes penentangan terhadap berbagai penindasan terhadap petani, misalnya pemogokkan kerja paksa (rodi), protes petani di Setu (1913) hingga pemogokan pembayaran “cuke” (1918). Masa pendudukan Jepang.. Kedatangan Jepang di Indonesia bagi sebagian besar kalangan rakyat Indonesia memperkuat anggapan eksatologis Ramalan Jayabaya, dalam buku “Jangka Jayabaya”, mengungkapkan : ‘‘...suatu ketika akan datang bangsa kulit kuning dari utara yang akan mengusir bangsa kulit putih. Namun, ia hanya akan memerintah sebentar yakni selama ‘seumur jagung’, sebagai ratu adil yang kelak akan melepaskan Indonesia dari belenggu penjajah...” Pada awalnya penaklukan Belanda oleh Jepang disambut dengan suka cita, karena dianggap sebagai pembebas dari penderitaan. Rakyat Bekasi menyambut dengan kegembiraan, dan semakin meluap ketika Jepang mengijinkan pengibaran Bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Namun kegembiraan itu hanya sekejap, selang seminggu Pemerintah Jepang mengeluarkan larangan pengibaran Sang Merah Putih dan Lagu Indonesia Raya diganti dengan pengibaran bendera “Matahari Terbit” dan lagu “Kimigayo”. Melalui pemaksaan ini, Jepang yang semula dibanggakan sebagai “saudara tua” memulai babak baru penjajahan di Indonesia. Kekejaman semakin kentara, ketika menginstruksikan seluruh rakyat Bekasi untuk berkumpul di depan kantor tangsi polisi, untuk menyaksikan hukuman pancung terhadap penduduk Telukbuyung yang dianggap bersalah. Hukum pancung ini sebagai shock teraphy agar menimbulkan efek jera dan takut bagi rakyat Bekasi terhadap Pemerintah Jepang. Selain itu Jepang juga memberlakukan ekonomi perang, padi dan ternak yang ada di Bekasi dihimpun dan wajib diserahkan kepada penguasa militer Jepang. Bukan saja untuk keperluan sehari-hari tapi juga untuk keperluan jangka panjang dalam rangka menunjang Perang Asia Timur Raya. Akibatnya rakyat Bekasi mengalami kekurangan pangan, dan diperparah dengan adanya “romusha” (kerja rodi). Pemerintah militer Jepang juga melakukan penetrasi kebudayaan terhadap rakyat Bekasi, seperti belajar semangat “bushido” (spirit of samurai), pendewaan Tenno Haika (kaisar Jepang), pembentukan Seinenden, Keibodan, Heiho dan tentara Pembela Tanah Air (PETA). Selain organisasi bentukan Jepang, pemuda Bekasi berhimpun dalam organisasi non formal yaitu Gerakan Pemuda Islam Bekasi (GPIB). GPIB ini didirikan pada tahun 1943 atas inisiatif para pemuda Islam Bekasi yang setiap malam Jum’at mengadakan pengajian di Masjid Al-Muwahiddin (Bekasi), para anggotanya terdiri atas pemuda santri, pemuda pendidikan umum, dan pemuda “pasar” yang buta huruf. Pada awalnya GPIB dipimpin oleh Nurdin, setelah ia meninggal tahun 1944, digantikan oleh Marzuki Urmaini. Hingga awal kemerdekaan, GPIB memiliki banyak anggota dan bermarkas di rumah Hasan Sjahroni di daerah pasar Bekasi. Banyak anggota GPIB bergabung ke BKR dan badan perjuangan yang dipimpin oleh KH. Noer Ali. GPIB banyak memiliki cabang antara lain : GPIB Pusat Daerah Bekasi (Marzuki Urmaini dan Muhayar), GPIB daerah Ujung Malang (KH.Noer Alie), GPIB Daerah Tambun (Angkut Abu Gozali), GPIB Karnji (M. Husein Kamaly) dan GPIB Daerah Cakung (Gusir). Masa Kemerdekaan.. Pada awal Agustus 1945, tanda-tanda kekalahan Jepang dari sekutu kian santer terdengar, terutama di kawasan Asia Pasifik. Setelah bom atom menghujani Hiroshima dan Nagasaki, Jepang menyerah. Gelora kemerdekaan menggema hingga ke pemuda dan rakyat Bekasi. Antusiasme rakyat Bekasi tercermin pada saat diminta mengawal dan menjaga keamanan Bung Karno dan Bung Hatta beserta rombongan yang bergerak ke Rengas-dengklok. Jalur lintas perjalanan rombongan tersebut melewati wilayah Kecamatan Kedungwaringin, Cikarang Timur, dan Karang Bahagia. Rakyat Bekasi menyebut jalur ini dengan Jalan Lintas Proklamator. Esok harinya, hari Jum’at, 17 Agustus 1945 Pukul 10.00 WIB Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya di Pegangsaan Timur 56. Atas nama bangsa Indonesia, Soekarno – Hatta membacakan Teks Proklamasi yang kemudian disiarkan ke seluruh pelosok Indonesia. Rakyat Indonesia, termasuk rakyat Bekasi menyambut dengan penuh suka cita kemerdekaan tersebut. Sisi lain kabar gembira ini juga menimbulkan kebencian terhadap tentara Jepang, rakyat melampiaskan kemarahannya yang sudah lama terpendam akibat kekejaman tentara Jepang. Peristiwa pelucutan senjata dan pembunuhan juga terjadi di Bekasi, seperti pembunuhan tuan tanah Telukpucung dan penahanan 49 truk milik Jepang (25 Agustus 1945), serta sebuah epos yang memiliki arti yang sangat dalam bagi rakyat Bekasi, keberanian rakyat Bekasi, sekaligus tragis, yaitu Insiden Kali Bekasi yang terjadi pada tanggal 19 Oktober 1945, yaitu pembantaian 90 orang tawanan Jepang oleh rakyat Bekasi di tepi Kali Bekasi. Selain itu terjadi pula Peristiwa Bekasi Lautan Api, yaitu pembumihangusan Bekasi oleh tentara sekutu, Kampung Dua Ratus terbakar, kemudian meluas ke Kayuringin, Telukbuyung, Teluk Angsan dan Pasar Bekasi. Bekasi Timur dan Bekasi Barat berubah seperti api unggun raksasa. Terbentuknya Kabupaten Bekasi.. Berawal pada tanggal 17 Januari 1950, para pemimpin dan tokoh rakyat Bekasi, seperti R. Soepardi, KH. Noer Alie, Namin, Aminudin, dan Marzuki Urmaini membentuk “Panitia Amanat Rakyat Bekasi” dan mengadakan rapat akbar di Alun-Alun Bekasi. Rapat raksasa tersebut dihadiri oleh ribuan rakyat dari berbagai pelosok Bekasi, dihasilkan beberapa tuntutan yang terhimpun dalam “Resolusi 17 Januari”, antara lain menuntut agar nama Kabupaten Jatinegara diubah menjadi Kabupaten Bekasi. Resolusi itu ditandatangani oleh Wedana Bekasi (A. Sirad) dan Asisten Wedana (R. Harun). Tuntutan tersebut akhirnya mendapat tanggapan dari Mohammad Hatta, dan menyetujui penggantian nama “Kabupaten Jatinegara” menjadi “Kabupaten Bekasi”. Kemudian terbitlah Undang-Undang Nomor : 14 Tahun 1950 yang ditetapkan pada tanggal 8 Agustus 1950 tentang Pembentukan Kabupaten-Kabupaten di Propinsi Jawa Barat, serta memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang berlakunya Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tersebut, maka Kabupaten Bekasi secara resmi terbentuk pada Tanggal 15 Agustus 1950, dan berhak mengatur rumahtangganya sendiri, sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Pemerintah Daerah pada sat itu, yaitu UU No.22 Tahun 1948. Selanjutnya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II kabupaten Bekasi, bahwa Tanggal 15 Agustus 1950 sebagai HARI JADI KABUPATEN BEKASI, dan sebagai Bupati Bekasi Pertama adalah R.Suhandan Umar (sebelumnya Bupati Jatinegara). Kedudukan kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi tetap di Jatinegara (sekarang Markas Kodim 0505 Jayakarta, Jakarta). Dalam perjalanannya kemudian, Kabupaten Bekasi mengalami perkembangan yang sangat pesat, menjadi kawasan industry yang mendunia, kawasan industry yang tidak hanya berisi pabrik-pabrik, tapi juga berdiri plaza, mal, perumahan, lapangan golf, pusat bisnis bahkan sekolah-sekolah unggulan. Di sisi lain, Kabupaten Bekasi kini telah mengalami pemekaran wilayah dengan terbentuknya Kota Bekasi, maka kini pusat pemerintahan Kabupaten Bekasi berada di Cikarang Pusat (DesaSukamahi). Dengan terbentuknya Kota Bekasi, kita harus mampu menggali nilai-nilai kesejarahan yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi tanpa harus meninggalkan kebersamaan sejarah dengan Kota Bekasi. Hal itu mampu meningkatkan rasa kebanggaan dan rasa memiliki yang tinggi sebagai warga masyarakat Kabupaten Bekasi.
Share:

Minggu, 08 Oktober 2017

Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Pengurus RW 011




Bekasi - Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya warga RW 011 Perumahan Bekasi Timur Regensi blok K&V Desa Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi memiliki Ketua RW baru, yaitu Bp. Sudiyo sebagai ketua RW terpilih periode tahun 2017-2022. Acara pelantikan dan serah terima jabatan ketua RW lama (plt) masa bakti 2015-2017 kepada ketua RW baru masa bakti 2017-2022 dilaksanakan tadi malam pada hari Sabtu, 7 Oktober 2017 di aula masjid Baitussalam dengan hikmat dan lancar.

Acara dihadiri oleh Kepala Desa Burangkeng Bp. Nemin bin H. Sain dan semua unsur masyarakat dari mulai ketua RT se-RW 011, tokoh masyarakat, pemuda, Ibu-ibu PKK serta Ibu-ibu Posyandu. Acara pelantikan dan serah terima jabatan RW dibuka oleh Bp. M. Taufik dilanjutkan dengan laporan panitia pemilihan RW oleh Bp. Edy Subroto, dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwasanya hasil pemilihan RW sudah sesuai dengan mekanisme dan tahapan-tahapan yang berlaku. Sambutan dilanjutkan oleh BBp. Hendy Alfriansyah selaku (plt) ketua RW011 lama, beliau menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada panitia pemilihan ketua RW yang telah bersusah payah dan ikhlas dalam mencari figur seorang RW dilingkungan RW011 dan seluruh masyarakat RW 0011 atas kepercayaannya dalam memimpin roda kepimpinan di RW 011.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan dokumen pengurus RW oleh Bp. Hendy Alfriansyah sebagai pengurus RW lama dan Bp. Sudiyo sebagai pengurus RW baru secara simbolis. Acara selanjutnya adalah pembacaan dan penyerahan SK RW dari Desa Burangkeng oleh Bp. Nemin bin H. Sai selaku kepala Kepala Desa Burangkeng.

Selamat atas terbentuknya Kepengurusan RW.011 masa bakti 2017-2022. Semoga amanah yang diberikan oleh warga RW 011 dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan seluruh program kerjanya dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Amiin. 

Foto-foto kegiatan / acara serah terima jabatan ketua RW.011 lama kepada ketua RW baru :

Pelantikan Bp. Sudiyo selaku Ketua RW baru oleh Bp. Nemin bin H. Sain selaku Kepala Desa Burangkeng

Pemberian Tanda Terima Kasih dari Bp. Edy Subroto - Ketua Panitia Pemilihan kepada Bp. Hendy Alfriansyah - (plt) Ketua RW lama

Penandatanganan Serah Terima Jabatan (plt) Ketua RW lama oleh Bp. Hendy Alfriansyah 

Penandatanganan Serah Terima Jabatan Ketua RW baru oleh Bp. Sudiyo

Berikut barisan pengurus RW011 periode 2017-2022 :

Atas : Bp. Suparman, Dariyanto, Ali, Sarjito, Muhatim, Edy Subroto, Sudiyo, Wirianto, Anto, Masrur
Bawah : Bp. Agus, Yus Warsono, Sidiq, Sukamto, Iwan Eko, M. Taufik
(minus foto : Husny, Puji Widodo, Endro, Anas)


Share:
Copyright © Media Informasi Rukun Warga 011 | Powered by Sudiyo.ST Distributed By erwesebelas.com & Design by BE IT SOLUTION | Kab.Bekasi New